Thursday, November 22, 2018

Materi 11 : INOVASI SINTAKS CTL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF


Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTL
Konvensional
Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;
Cenderung mengintegrasikan  beberapa bidang (disiplin);
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu;
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan;
Menerapkan penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah;
Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang

Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen  utama dari pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

1. Konstruktivisme (Constructivism)
Setiap  individu  dapat  membuat  struktur  kognitif  atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.
Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :
1)      Mengandung pengalaman nyata (Experience);
2)      Adanya interaksi sosial (Social interaction);
3)      Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
4)      Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).
Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang  sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.

2. Bertanya (Questioning)
Bertanya  merupakan  strategi  utama  dalam  pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis  inquiry.  Dalam  sebuah  pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1)      Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;
2)      Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;
3)      Membangkitkan respon kepada siswa;
4)      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
5)      Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
6)      Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
7)      Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan  merupakan  bagian  inti  dari  pembelajaran  berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
1)      Merumuskan masalah ;
2)      Mengajukan hipotesis;
3)      Mengumpulkan data;
4)      Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
5)      Membuat kesimpulan.
Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan  siswa  memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep  Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).

5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti  guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :
  1. Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;
  2. Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;
  3. Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.  Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :
  1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh  pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;
  2. Catatan atau jurnal di buku siswa;
  3. Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang  diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.

Kemampuan Berpikir Kreatif

Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
  • Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
  • Arus pemikiran lancar
2. Berpikir luwes (flexibility)
  • Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
  • Mampu mengubah cara atau pendekatan
  • Arah pemikiran yang berbeda
3. Berpikir orisinil (Originality)
  • Meberikan jawaban yang tidak lazim
  • Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
  • Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci (elaboration)
  • Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
  • Memperinci detail-detail
  • Memperluas suatu gagasan

Sintaks Hasil inovasi
Berikut sintaks hasil inovasi pada model pembelajaran CTL dan dampaknya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa:

No
Sintaks  model CTL Konvensional
Sintaks CTL Hasil modifikasi
(Inovasi)
Indikator berpikir kreatif
Dampak Inovasi Sintaks terhadap Kemampuan berpikir kreatif
1
KONSTRUKTIVISME
KONSTRUKTIVISME
·  Siswa menjadi lebih bebas dan aktif mengeluarkan pendapat yang mereka ketahui, akan lebih banyak ide/gagasan/pikiran/ingatan yang tersampaikan, jadi siswa yang terpaku atau terbiasa mencari jawaban pertanyaan diskusi dari guru dari buku saja namun siswa menjadi luwes dan lancar dalam mengingat dan menggali informasi yang pernah mereka ketahui berdasarkan dari kegiatan mereka sehari-hari yaitu scroll di sosial media tentang suatu hal yang baru/viral, jadi mereka bisa mngetahui ternyata contoh dari koloid tidak hanya ada di buku dan teks saja namun ada real dalam keadaan sekarang bahkan viral
Mengkondisikan siswa
Mengkondisikan siswa untuk fokus dalam mengikuti kegiatan belajar yang akan dilakukan
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai
Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai
Memberikan motivasi
Memberikan motivasi dalam pembelajaran berupa manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yaitu materi koloid
Menggali pengetahuan prasyarat(pengetahuan awal) yang dimiliki siswa
Menggali pengetahuan awal siswa dan memberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi saat ini berdasarkan contoh yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari ataupun dari contoh terbaru media sosial yang sering mereka gunakan
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
2
PEMODELAN (MODELLING)
PEMODELAN (MODELLING)
·   Mengarahkan siswa untuk berhitung dari 1 sampai 5 diulangi seterusnya dari bangku paling depan sampai bangku paling belakang sehingga anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen dan tidak ada yang merasa pilih kasih, jika undian siswa akan merasa aku beruntung dan kurang beruntung dalam hal pencabutan/ pemilihan kertas, sedangkan dengan urutan angka mereka tidak bisa menyesali tempat duduk pilihan mereka sendiri
·   Mengarahkan siswa untuk menganalisis video atau fenomena dikehidupan serta menuliskan kaitannya dengan  materi koloid dan mengajukan pertanyaan
Diharapkan siswa dapat meningkatkan berpikir elaborasi, berpikir lancar dan berpikir luwes
Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok
Guru mengarahkan siswa untuk berhitung dari 1 sampai 5 diulangi seterusnya dari bangku paling depan sampai bangku paling belakang sehingga anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen dan tidak ada yang merasa pilih kasih
Menyajikan media/video/fenomena dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Menyajikan media/video/fenomena dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi koloid dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
Mengarahkan siswa untuk menganalisis video atau
fenomena dikehidupan serta menuliskan kaitannya dengan  materi koloid
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
3
BERTANYA (QUESTIONING)
BERTANYA (QUESTIONING)




·  Berpikir terperinci

·  Mengarahkan siswa untuk menganalisis video/ fenomena yang disajikan guru sebelumnya dan contoh koloid yang ada di medsos siswa secara intens dalam bertanya dan dapat meningkatkan daya pikir dan nalar gagasan siswa yang lebih baik dan lebih terarah


Membimbing siswa melakukan tanya jawab/diskusi
Membimbing siswa melakukan tanya jawab/diskusi bahkan observasi


Mengarahkan siswa untuk menganalisis video/ fenomena yang disajikan guru sebelumnya dan contoh koloid yang ada di medsos persamaan dan perbedaannya
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
Berpikir orisinil
4
MENEMUKAN (INQUIRY)
MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)



·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
Berpikir orisinil
   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi pendukung dari berbagai sumber dan saling berbagi informasi dalam kelompok
Diharapkan siswa dapat berbagi berpikir orisinil yang didukung dengan lieratur yang relevan serta mendetail

Membimbing siswa untuk mencari tahu sendiri materi pembelajaran dari berbagai sumber
Mengarahkan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya secara bersama-sama dan menghubungkan contoh-contoh dari medsos, video dan fenomena dengan materi koloid dari berbagai sumber, buku dan internet
5
MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)
MENEMUKAN (INQUIRY)





·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar

·  Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi koloid dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)
·  Mengarahkan siswa untuk memberikan pemecahan masalah yang baru/belum ada sebelumnya/memodifikasi tnetunya  relevan dengan materi koloid



Membantu siswa mengatasi permasalahan yang diberikan
Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi koloid dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)

Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
Mengarahkan siswa untuk memberikan pemecahan masalah yang baru/belum ada sebelumnya/memodifikasi tentunya  relevan dengan materi koloid
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
·  Berpikir orisinil
6.
REFLEKSI (REFLECTION)
REFLEKSI (REFLECTION)
Memberikan penguatan
Memberikan permasalahan yang berbeda atau berlawanan dari yang dibenarkan dan disajikan dari awal pembelajran dan memberikan siswa kesempatan bernalar dan memberikan pendapat
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi mendalam mengenai pemecahan masalah dan permasalahan baru yang bertolak belakang dapat berpikir secara luwes atau dapat menghasilkan pendapat yang relevan dengan masalah/materi, gagasan yang beragam, orisinil, dan mampu mengubah arah pemikiran secara berbeda Diharapkan siswa dapat secara maksimal memanfaatkan kemampuan berpikir yang dimiliki secara kreatif

Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
Memancing siswa untuk memunculkan poin poin yang saling berkaitan untuk mengarahkan ke ringkasan materi koloid
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar

7
PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC  ASSESSMENT)
PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC  ASSESSMENT)

  Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi
·  Memberikan tes akhir berupa tes essay
Diharapkan siswa yang tadinya tidak mengerti dan tidak memiliki gagasan kreatif dapat terasah, agar dapat
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
·  Berpikir orisinil

Membantu siswa menyimpulkan
Membantu siswa menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi, dan penemuan



Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi
·  Berpikir luwes
·  Berpikir orisinil

Memberikan tes akhir
Memberikan tes akhir berupa tes essay sesuai dengan poin berpikir kreatif yang telah dibentuk :
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
Berpikir orisinil
 yang membutuhkan nalar dan ide kreatif siswa dalam menjawab
·  Berpikir luwes
·  Berpikir lancar
·  Berpikir terperinci
Berpikir orisinil
Tulisan berwarna merah inovasi Ctl yang saya tambahkan

Permasalahan:
1. Menurut anda, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kreatif? 
2. Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kreatif bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?
3. Berikan saran dan pendapat Anda mengenai inovasi sintaks yang saya buat!

14 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Menjawab permasalahan kedua, menurut saya sintaks berfikir kreatif bisa dikatakan meningkat apabila dilakukan perbandingan dengan model tsb pada pertemuan berikutnya atau bisa juga dibandingkan dengan model lain. Kita bisa mengamatinya dengan lembar observasi apabila terdapat sikap berfikir kreatif maka terdapat beberapa aspek berpikir kreatif yang muncul lebih banyak dan baru dipertemuan berikutnya.Atau bisa juga dengan menggunakan soal, maka apabila jawaban dipertemuan berikutnya memiliki jawaban yang lebih kreatif dan tepat sasaran dalam artian pertanyaan terbuka siswa menjawab dengan berbagai contoh namun tepat sasaran atau sesuai dengan jawaban yang dimaksud maka bisa dikatakan berpikir kreatifnya meningkat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sependapat dengan rifanny bahwa sintaks berfikir kreatif bisa dikatakan meningkat apabila dilakukan perbandingan dengan model tsb pada pertemuan berikutnya atau bisa juga dibandingkan dengan model lain. Kita bisa mengamatinya dengan lembar observasi apabila terdapat sikap berfikir kreatif maka terdapat beberapa aspek berpikir kreatif yang muncul lebih banyak dan baru dipertemuan berikutnya.

      Delete
  3. Menurut saya sebenarnya pada awal pertemuan kita bisa melihat kemampuan berpikir kreatif siswa saat kita benar-benar menerapkan sintaks CTL sehingga siswa dapat terlatih dan terbiasa dengan model CTL dari inovasi yang kakak buat. dan saya sependapat dengan fanny bahwa meningkat atau tidaknya kemampuan berpikir kreatif dari inovasi model CTL yang kk buat haruslah dibandingkan dengan pertemuan selanjutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan rina bahwa pada awal pertemuan kita bisa melihat kemampuan berpikir kreatif siswa saat kita benar-benar menerapkan sintaks CTL sehingga siswa dapat terlatih dan terbiasa dengan model CTL dari inovasi yang dibuat. dan saya sependapat juga dengan fanny bahwa meningkat atau tidaknya kemampuan berpikir kreatif dari inovasi model CTL yang dibuat haruslah dibandingkan dengan pertemuan berikutnya

      Delete
  4. menurut saya proses dari sintaks ke sintaks tidak menjamin berpikir kreatif siswa, namun pada proses tertentu yang dapat menimbulkan berpikir kreatif siswa. seperti pada saat memberikan permasalahan dan menyuruh siswa untuk memecahkannya, kemudian inquiry, kemudian dengan guru bertanya.

    ReplyDelete
  5. menurut saya sintak yang kakak buat sudah baik, disini saran saya kk bisa membuat LKPD sebagai panduan penilaian tentang seberapa jauh anak dapat berpikir kreatif selama proses pembelajaran. sedangkan hasil pembelajaran saya setuju dengan menggunakan tes essay

    ReplyDelete
  6. saya akan menjawab pertanyaan melda, Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kreatif bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?

    menurut saya, sintaks yang melda buat sudah cukup baik, namun untuk masalah memunculkan atau bahkan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa itu perlu diuji coba dan dibandingkan dengan sintaks CTL konvensional, pada tahapan CTL modifikasi yang melda buat bisa memunculkan kemapuan berpikir kreatif siswa, namun klo peningkatannya perlu dilakukan secara berulang untk materi selanjutnya dengan tingkat soal yang berbasis berpikir kreatif yang tingkat soalnya makin hari makin tinggi sehingga dapat dirasakan peningkatannya kemampuan berpikir kreatif dari tiap pertemmuannya

    ReplyDelete
  7. menurut saya sintak yang dibuat sudah baik, namun jika dinilai dari kemampuannya untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif, perlu dinilai dulu. dibandingkan dengan model lain. namun dari beberapa sintak saya ras sudah mampu meingkatkan kemampuan berfikir kreatif.

    ReplyDelete
  8. menurut saya inovasi yang dibuat sudah baik dan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif contohnya pada masyarakat belajar inovasi yang dibuat yaitu mengarahkan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya secara bersama-sama dan menghubungkan contoh-contoh dari medsos, video dan fenomena dengan materi koloid dari berbagai sumber, buku dan internet dengan indikatornya keempat dari indikator berpikir kreatif ini yaitu Berpikir luwes, Berpikir lancar, Berpikir terperinci
    Berpikir orisinil. disini terlihat keseuaian antara indikator dan inovasi tersebut selainitu diperkuat pula dengan adanya alasan pendukung yang telah dibuat.

    ReplyDelete
  9. Menurut saya kemampuan berpikir kreatif bisa di tingkatkan dalam sintaks model CTL ini. Karena CTL sendiri adalah belajar kontekstual dan lebih berpusat kepada siswa sehingga siswa mengasah ilmunya secara mandiri dam kooperatif dengan teman temannya. Kemudian dalam. CTL ni siswa lebih luwes dalam mengeluarkan pendapat yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari

    ReplyDelete
  10. menurut saya tahapan CTL modifikasi yang kak melda buat bisa memunculkan kemapuan berpikir kreatif siswa, namun klo peningkatannya perlu dilakukan secara berulang untk materi selanjutnya dengan tingkat soal yang berbasis berpikir kreatif yang tingkat soalnya makin hari makin tinggi sehingga dapat dirasakan peningkatannya kemampuan berpikir kreatif dari tiap pertemmuannya

    ReplyDelete
  11. saya sependapat dengan saudari Rini yang mengatakan "tahapan CTL modifikasi yang kak melda buat bisa memunculkan kemapuan berpikir kreatif siswa, namun klo peningkatannya perlu dilakukan secara berulang untk materi selanjutnya dengan tingkat soal yang berbasis berpikir kreatif yang tingkat soalnya makin hari makin tinggi sehingga dapat dirasakan peningkatannya kemampuan berpikir kreatif dari tiap pertemmuannya".

    ReplyDelete
  12. menurut saya inovasi yang dibuat sudah baik dan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif.. namun jika kita ingin tahu bahwa inovasi ini mampu atau tidak meningkatkan berfikir kreatif, kita harus tahu dulu kemampuan awal siswa seperti apa. setelah kita berikan treatmen baru kita ukur lagi, apakah terjadi peningkatan atau tidak.

    ReplyDelete

Materi 14 : INOVASI SINTAK 5E DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Learning Cycle         Siklus belajar 5E  (learning cycle 5E)   adalah salah satu model konstruktivis lengkap dalam kasus pembelajaran b...