Kurikulum memiliki empat komponen utama, yaitu : (1)
tujuan; (2) isi/materi; (3) strategi/metode pembelajaran; dan (4) evaluasi. Keempat
komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing
komponen tersebut.
A. Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir
di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan
pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan
dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan
keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan
tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama.
Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan
dirumuskan lebih bersifat spesifik dan lebih menggambarkan tentang “what
will the student be able to do as result of the teaching that he was
unable to do before” (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata,
1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih
menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik
melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan
perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti
yang sangat penting. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat
operasional ini akan menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada
tingkat berikutnya.
Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan
pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak
mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada
satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten
dan konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan
pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan
mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat
yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara
bereimbang.
B. Materi
Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal
yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, dalam bentuk :
1. Teori; seperangkat
konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan,
yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi
hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut
2. Konsep; suatu
abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan
definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan
umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat
atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide
utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan
antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri
langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus
dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah
informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata
perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal
atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian
atau pendapat.
9.Definisi:yaitu
penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam
garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara
yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat
progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan
peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia
peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang
didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas
sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari
masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan
tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan
banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan
diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu
kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi
bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat
dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam
menentukan materi pembelajaran. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk
menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat
tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan
fleksibel.
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk
menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya
untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.
1)
Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping
itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan
zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2)
Tingkat kepentingan; materi yang
dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana
materi tersebut penting untuk dipelajari.
3)
Kebermaknaan;
materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non
akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih
lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan
sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4)
Layak dipelajari; materi
memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya
(tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5)
Menarik
minat; materi yang dipilih hendaknya
menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk
mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
C.
Strategi/Metode pembelajaran
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran
yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana
bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk
mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi
meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagus apapun tujuan atau materi yang dibuat dalam
kurikulum, tapi apabila metode atau strategi yang digunakan tidak tepat, maka
tujuan dari kurikulum tersebut tidak akan mudah dicapai atau bahkan tidak
tercapai sama sekali. Untuk itu pemilihan atau pembuatan metode atau strategi
dalam menjalankan kurikulum yang tela dibuat haruslah sesuai dengan materi yang
akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
D. Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum.
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum
evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of
students toward objectives or values of the curriculum”.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya
terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility)
program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam
kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of
personnel in charger of it, the capacity of students, the relative
importance of various subject, the degree to which objectives are implemented,
the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya
suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya
evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi
keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem
kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi
adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna
diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll,
dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of
value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity,
diagnostics worth and validity and integration.”
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada
dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering
mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang
digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif.
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes
standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan,
instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare,
inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik
untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan
keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat
digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum
dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan
oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam
memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran,
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas
pendidikan lainnya.
Permasalahan :
- Ada 4 komponen-komponen kurikulum yang disusun dengan harapan adanya komponen tersebut maka pembelajaran dapat menjadi lebih baik dan kurikulum yang di revisi lebih baik lagi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Lalu yang menjadi permasalahan sekarang apakah komponen-komponen tersebut sebagai acuan di dalam kurikulum ? jika iya dengan 4 komponen tersebut, bagaimana dengan pendidik yang tidak tahu akan komponen-komponen kurikulum tetapi penerapan pembelajaran yang dia terapkan sesuai dengan kurikulum versi sendiri tanpa acuan dari komponen-komponen tersebut justru hasilnya legih bagus ? berikan penjelasan anda !
- Dari keempat komponen kurikulum tersebut, komponen manakah yang paling utama didalam suatu kurikulum ? apa yang terjadi jika salah satu komponennya tidak terlaksana dengan baik ?
- Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
Menanggapi permasalahan kak melda yang ke 2, menurut saya dari ke empat komponen tersebut komponen utamanya yaitu tujuan, karena komponen-komponen lainnya mengarah ke tujuan seperti isi akan mengarah ke tujuan, strategi dan metode yang digunakan akan mengarah ke tujuan begitu juga dengan evaluasi dilakukan untuk memeriksa ketercapaian tujuan.
ReplyDeleteJika salah satu komponen tidak terlaksana dgn baik maka tujuan umum dari kurikulum bisa saja tidak tercapai.
Saya sependapat dengan kaka esa dari keempat komponen yang paling penting adalah komponen tujuan karena semua kompenen kurikulum akan bermuara pada tujuan. seluruh komponen akan seling mendukung dan berkaitan sehingga bila salah satu komponen tidak terlaksana maka akan memperngaruhi komponen lainnya, dapat saya contohkan bila dalam suatu kurikulum komponen evaluasi tidak terlaksana maka bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa telah mencapai kompetensinya hal ini berkaitan dengan komponen tujuan
DeleteMenurut dian komponen yang sangat pentinh ada strategi atau metode. Karena kpmponen ini lah yang menentukan bagaimana cara mengimplementsikan tujuan dari kurikulum yang sudah di susun atau di buat. Jika strategi tidak di perhatikan maka tujuan dari kurikulum itu sendiri tidak mudah untuk di capai.
ReplyDeletesaya akan mencoba menjawab pertanyaan melda no. 3
ReplyDeleteBagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
jika sekolah itu baru menerapkan kurikulum 2013 bukan berarti sekolah itu tidak berhasil namun, sekolah itu masih perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi real di sekolah, dan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat yang harus menyesuaikan bukan hanya guru saja, tetapi siswa, dan sekolah
Menjawab permasalahan kedua, berdasarkan artikel diatas telah disebutkan bahwa Strategi dan metode merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagus apapun tujuan atau materi yang dibuat dalam kurikulum, tapi apabila metode atau strategi yang digunakan tidak tepat, maka tujuan dari kurikulum tersebut tidak akan mudah dicapai atau bahkan tidak tercapai sama sekali. Untuk itu pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang tela dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
ReplyDeleteMenjawab pertanyaan nomor 1, Kurikulum adalah suatu sistem karena ada sejumlah komponen dalam terbentuknya kurikulum yang saling berkaitan dan terikat, serta memiliki tujuan yang utuh. Jadi Sah saja apabila pendidik yang tidak tahu akan komponen-komponen kurikulum tapi penerapan pembelajaran yang dia terapkan sesuai dengan kurikulum versi sendiri tanpa acuan dari komponen-komponen tersebut justru hasilnya legih bagus. Perlu kita ingat bahwa pendidik menerapkan suatu kurikulum sendiri pasti memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dia capai. Dalam mencapai tujuan itu diperlukan strategi, pendekatan dan metode untuk menyampaikan isi/materi pelajaran dan apabila terjadi kesenjangan tentu pendidik melakukan evaluasi. Jadi pastinya ini mencakup ke empat komponen kurikulum yang ada dalam kurikulum dan tidak bisa dipungkiri secara tidak langsung pendidik mengacu kepada komponen kurikulum. Apabila demikian, kemungkinan pembelajaran masih berjalan efektif.
ReplyDeletesaya sependapat dengan fanny bahwa apabila pendidik yang tidak tahu akan komponen-komponen kurikulum tapi penerapan pembelajaran yang dia terapkan sesuai dengan kurikulum versi sendiri tanpa acuan dari komponen-komponen tersebut justru hasilnya legih bagus. Perlu kita ingat bahwa pendidik menerapkan suatu kurikulum sendiri pasti memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dia capai. Dalam mencapai tujuan itu diperlukan strategi, pendekatan dan metode untuk menyampaikan isi/materi pelajaran dan apabila terjadi kesenjangan tentu pendidik melakukan evaluasi.
Deletesaya akan mencoba berpendapat tentang pertanyaan permasalahan yang ke 3, Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
ReplyDeletesaya juga sependapat dengan kak rini, yang mengatakan "jika sekolah itu baru menerapkan kurikulum 2013 bukan berarti sekolah itu tidak berhasil namun, sekolah itu masih perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi real di sekolah, dan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat yang harus menyesuaikan bukan hanya guru saja, tetapi siswa, dan sekolah". Sekolah yang telah lama menerapkan K13 saja masih terus melakukan penyesuaian, pelatihan untuk tenaga pendidiknya agar keterlaksanaan K13 disekolahnya menjadi lebih optimal, begitu juga dengan sekolah yang beru menerapkan k13, semuanya butuh proses, untuk saat ini mungkin belum optimal, tetapi dengan pelatihan dsb, diharapkan dapat mengoftimalkan keterlaksanaan K13 itu sendiri.
komponen ini dibuat agar penerapan kurikulum berjalan secara teratur dan rapi, apabila ada guru yang bisa menerapkan dengan caranya sendiri tanpa mengetahui komponen tersebut berrti guru bisa dibilang mengerti kebutuhan siswa. dan tidak semua guru bisa seperti itu. makanya dengan adanya komponen ini dimaksudkan agar guru yang lain dapat menerapkan kurikulum sesuai aturan.
ReplyDeleteuntuk oertanyaan kedua, komponen yang paling essensial adalah tujuan dimana segala sesuatu hal dapat kita lakukan jika ada tujuannya. dan jika salah satu komponen tidak terlaksana dengan baik maka penerapan k13 tidak berjalan dengan maksimal
Setiap komponen mempunyai peran tersendiri dalam kurikulum yaitu sebagai sistem yang punya keterkaitan satu sama lain, jd tidak bisa di katakan ada komponen yang menonjol atau tidak karena satu sama lain berkesinambungan dengan tujuan awal dari kurikulum
ReplyDeletebenar sekali bahwa
DeleteRahmah WidiaSeptember 14, 2018 at 2:00 AM
Setiap komponen mempunyai peran tersendiri dalam kurikulum yaitu sebagai sistem yang punya keterkaitan satu sama lain, jd tidak bisa di katakan ada komponen yang menonjol atau tidak karena satu sama lain berkesinambungan dengan tujuan awal dari kurikulum
saya aka menjawab nomor 3 yaitu Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat kk rini bahwa jika sekolah itu baru menerapkan kurikulum 2013 bukan berarti sekolah itu tidak berhasil namun, sekolah itu masih perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi real di sekolah, dan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat yang harus menyesuaikan bukan hanya guru saja, tetapi siswa, dan sekolah
saya aka menjawab nomor 3 yaitu Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
ReplyDeletekeberhasilah pengembangan kurikulum tidak bisa hanya dilihat dari kapan sekolah tersebut menerapkan kurikulum 2013. banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan kurikulum 2013. pemerintah memang telah mewajibkan kurikulum ini diberlakukan, namun penerapannya dalam pembelajaran belum sepenuhnya dilaksanakan. dimungkinkan adanya sekolah yang belum siap dalm menerapkan kurikulum ini.