Wednesday, September 12, 2018

Materi 2 : KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Kurikulum memiliki empat komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) isi/materi; (3) strategi/metode pembelajaran; dan (4) evaluasi. Keempat komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.

A. Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama.
Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat spesifik dan lebih menggambarkan tentang “what will the student be able to do as result of the teaching that he was unable to do before” (Rowntree dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.
Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara bereimbang.

B. Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :



1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling    berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.

3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9.Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
 
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel.
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.
1)      Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2)      Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3)       Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5)       Menarik  minat;  materi  yang  dipilih  hendaknya  menarik  minat  dan  dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

C. Strategi/Metode pembelajaran
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagus apapun tujuan atau materi yang dibuat dalam kurikulum, tapi apabila metode atau strategi yang digunakan tidak tepat, maka tujuan dari kurikulum tersebut tidak akan mudah dicapai atau bahkan tidak tercapai sama sekali. Untuk itu pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang tela dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

D. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and integration.”
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.

Permasalahan :
  1. Ada 4 komponen-komponen kurikulum yang disusun dengan harapan adanya komponen tersebut maka pembelajaran dapat menjadi lebih baik dan kurikulum yang di revisi lebih baik lagi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Lalu yang menjadi permasalahan sekarang apakah komponen-komponen tersebut sebagai acuan di dalam kurikulum ? jika iya dengan 4 komponen tersebut, bagaimana dengan pendidik yang tidak tahu akan komponen-komponen kurikulum tetapi penerapan pembelajaran yang dia terapkan sesuai dengan kurikulum versi sendiri tanpa acuan dari komponen-komponen tersebut justru hasilnya legih bagus ? berikan penjelasan anda ! 
  2. Dari keempat komponen kurikulum tersebut, komponen manakah yang paling utama didalam suatu kurikulum ? apa yang terjadi jika salah satu komponennya tidak terlaksana dengan baik ? 
  3.  Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?

13 comments:

  1. Menanggapi permasalahan kak melda yang ke 2, menurut saya dari ke empat komponen tersebut komponen utamanya yaitu tujuan, karena komponen-komponen lainnya mengarah ke tujuan seperti isi akan mengarah ke tujuan, strategi dan metode yang digunakan akan mengarah ke tujuan begitu juga dengan evaluasi dilakukan untuk memeriksa ketercapaian tujuan.
    Jika salah satu komponen tidak terlaksana dgn baik maka tujuan umum dari kurikulum bisa saja tidak tercapai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sependapat dengan kaka esa dari keempat komponen yang paling penting adalah komponen tujuan karena semua kompenen kurikulum akan bermuara pada tujuan. seluruh komponen akan seling mendukung dan berkaitan sehingga bila salah satu komponen tidak terlaksana maka akan memperngaruhi komponen lainnya, dapat saya contohkan bila dalam suatu kurikulum komponen evaluasi tidak terlaksana maka bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa telah mencapai kompetensinya hal ini berkaitan dengan komponen tujuan

      Delete
  2. Menurut dian komponen yang sangat pentinh ada strategi atau metode. Karena kpmponen ini lah yang menentukan bagaimana cara mengimplementsikan tujuan dari kurikulum yang sudah di susun atau di buat. Jika strategi tidak di perhatikan maka tujuan dari kurikulum itu sendiri tidak mudah untuk di capai.

    ReplyDelete
  3. saya akan mencoba menjawab pertanyaan melda no. 3
    Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
    jika sekolah itu baru menerapkan kurikulum 2013 bukan berarti sekolah itu tidak berhasil namun, sekolah itu masih perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi real di sekolah, dan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat yang harus menyesuaikan bukan hanya guru saja, tetapi siswa, dan sekolah

    ReplyDelete
  4. Menjawab permasalahan kedua, berdasarkan artikel diatas telah disebutkan bahwa Strategi dan metode merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagus apapun tujuan atau materi yang dibuat dalam kurikulum, tapi apabila metode atau strategi yang digunakan tidak tepat, maka tujuan dari kurikulum tersebut tidak akan mudah dicapai atau bahkan tidak tercapai sama sekali. Untuk itu pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang tela dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

    ReplyDelete
  5. Menjawab pertanyaan nomor 1, Kurikulum adalah suatu sistem karena ada sejumlah komponen dalam terbentuknya kurikulum yang saling berkaitan dan terikat, serta memiliki tujuan yang utuh. Jadi Sah saja apabila pendidik yang tidak tahu akan komponen-komponen kurikulum tapi penerapan pembelajaran yang dia terapkan sesuai dengan kurikulum versi sendiri tanpa acuan dari komponen-komponen tersebut justru hasilnya legih bagus. Perlu kita ingat bahwa pendidik menerapkan suatu kurikulum sendiri pasti memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dia capai. Dalam mencapai tujuan itu diperlukan strategi, pendekatan dan metode untuk menyampaikan isi/materi pelajaran dan apabila terjadi kesenjangan tentu pendidik melakukan evaluasi. Jadi pastinya ini mencakup ke empat komponen kurikulum yang ada dalam kurikulum dan tidak bisa dipungkiri secara tidak langsung pendidik mengacu kepada komponen kurikulum. Apabila demikian, kemungkinan pembelajaran masih berjalan efektif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sependapat dengan fanny bahwa apabila pendidik yang tidak tahu akan komponen-komponen kurikulum tapi penerapan pembelajaran yang dia terapkan sesuai dengan kurikulum versi sendiri tanpa acuan dari komponen-komponen tersebut justru hasilnya legih bagus. Perlu kita ingat bahwa pendidik menerapkan suatu kurikulum sendiri pasti memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dia capai. Dalam mencapai tujuan itu diperlukan strategi, pendekatan dan metode untuk menyampaikan isi/materi pelajaran dan apabila terjadi kesenjangan tentu pendidik melakukan evaluasi.

      Delete
  6. saya akan mencoba berpendapat tentang pertanyaan permasalahan yang ke 3, Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
    saya juga sependapat dengan kak rini, yang mengatakan "jika sekolah itu baru menerapkan kurikulum 2013 bukan berarti sekolah itu tidak berhasil namun, sekolah itu masih perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi real di sekolah, dan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat yang harus menyesuaikan bukan hanya guru saja, tetapi siswa, dan sekolah". Sekolah yang telah lama menerapkan K13 saja masih terus melakukan penyesuaian, pelatihan untuk tenaga pendidiknya agar keterlaksanaan K13 disekolahnya menjadi lebih optimal, begitu juga dengan sekolah yang beru menerapkan k13, semuanya butuh proses, untuk saat ini mungkin belum optimal, tetapi dengan pelatihan dsb, diharapkan dapat mengoftimalkan keterlaksanaan K13 itu sendiri.

    ReplyDelete
  7. komponen ini dibuat agar penerapan kurikulum berjalan secara teratur dan rapi, apabila ada guru yang bisa menerapkan dengan caranya sendiri tanpa mengetahui komponen tersebut berrti guru bisa dibilang mengerti kebutuhan siswa. dan tidak semua guru bisa seperti itu. makanya dengan adanya komponen ini dimaksudkan agar guru yang lain dapat menerapkan kurikulum sesuai aturan.
    untuk oertanyaan kedua, komponen yang paling essensial adalah tujuan dimana segala sesuatu hal dapat kita lakukan jika ada tujuannya. dan jika salah satu komponen tidak terlaksana dengan baik maka penerapan k13 tidak berjalan dengan maksimal

    ReplyDelete
  8. Setiap komponen mempunyai peran tersendiri dalam kurikulum yaitu sebagai sistem yang punya keterkaitan satu sama lain, jd tidak bisa di katakan ada komponen yang menonjol atau tidak karena satu sama lain berkesinambungan dengan tujuan awal dari kurikulum

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar sekali bahwa
      Rahmah WidiaSeptember 14, 2018 at 2:00 AM
      Setiap komponen mempunyai peran tersendiri dalam kurikulum yaitu sebagai sistem yang punya keterkaitan satu sama lain, jd tidak bisa di katakan ada komponen yang menonjol atau tidak karena satu sama lain berkesinambungan dengan tujuan awal dari kurikulum

      Delete
  9. saya aka menjawab nomor 3 yaitu Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?
    saya setuju dengan pendapat kk rini bahwa jika sekolah itu baru menerapkan kurikulum 2013 bukan berarti sekolah itu tidak berhasil namun, sekolah itu masih perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi real di sekolah, dan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, mengingat yang harus menyesuaikan bukan hanya guru saja, tetapi siswa, dan sekolah

    ReplyDelete
  10. saya aka menjawab nomor 3 yaitu Bagaimana dengan sekolah yang belum atau mungkin saja baru menggunakan kurikulum 2013 ini. Apakah ini menandakan bahwa sekolah tersebut tidak berhasil dalam mengembangkan komponen-komponen kurikulum 2013?

    keberhasilah pengembangan kurikulum tidak bisa hanya dilihat dari kapan sekolah tersebut menerapkan kurikulum 2013. banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan kurikulum 2013. pemerintah memang telah mewajibkan kurikulum ini diberlakukan, namun penerapannya dalam pembelajaran belum sepenuhnya dilaksanakan. dimungkinkan adanya sekolah yang belum siap dalm menerapkan kurikulum ini.

    ReplyDelete

Materi 14 : INOVASI SINTAK 5E DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Learning Cycle         Siklus belajar 5E  (learning cycle 5E)   adalah salah satu model konstruktivis lengkap dalam kasus pembelajaran b...