Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan
Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTL
|
Konvensional
|
Pemilihan
informasi kebutuhan individu siswa;
|
Pemilihan
informasi ditentukan oleh guru;
|
Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin);
|
Cenderung
terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu;
|
Selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa;
|
Memberikan
tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan;
|
Menerapkan
penilaian autentik melalui melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah;
|
Penilaian
hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian/ulang
|
Karakteristik
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif
yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).
1.
Konstruktivisme (Constructivism)
Setiap
individu dapat membuat struktur kognitif atau
mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk
konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000).
Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery),
inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk
ide baru.
Menurut
Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :
1)
Mengandung pengalaman nyata (Experience);
2)
Adanya interaksi sosial (Social interaction);
3)
Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);
4)
Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus
dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas,
2003:6).
Sejalan dengan
pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki
struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing
berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh
pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap pengalaman
baru akan dihubungkan dengan kotak yang sudah berisi pengalaman lama
sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia
dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
2. Bertanya
(Questioning)
Bertanya
merupakan strategi utama dalam pembelajaran
kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing
dan menilai kemampuan berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk :
1)
Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;
2)
Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;
3)
Membangkitkan respon kepada siswa;
4)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
5)
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;
6)
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
7)
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan
(Inquiry)
Menemukan
merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003).
Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu :
1)
Merumuskan masalah ;
2)
Mengajukan hipotesis;
3)
Mengumpulkan data;
4)
Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
5)
Membuat kesimpulan.
Melalui
proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap
ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
4.
Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep
Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa,
antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu
materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi
pengalaman (Depdiknas, 2003).
5. Pemodelan
(Modeling)
Pemodelan
dalam pembelajaran kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan
tertentu dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam
arti guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut
Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula
dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru
siswa digolongkan menjadi :
- Kehidupan yang nyata (real
life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;
- Simbolik (symbolic),
model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar
;
- Representasi (representation),
model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual,
misalnya televisi dan radio.
6. Refleksi
(Reflection)
Refleksi
merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan
apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur
pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Pada
kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir
pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi
yang realisasinya dapat berupa :
- Pernyataan langsung tentang
apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;
- Catatan atau jurnal di buku
siswa;
- Kesan dan saran mengenai
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Penilaian
yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian
autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan apakah siswa
telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik menekankan pada
proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik
authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan
selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif
maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan
mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback.
Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis,
karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal,
hasil tes tulis dan karya tulis.
Kemampuan Berpikir Kreatif
Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
- Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
- Arus pemikiran lancar
2. Berpikir luwes (flexibility)
- Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
- Mampu mengubah cara atau pendekatan
- Arah pemikiran yang berbeda
3. Berpikir orisinil (Originality)
- Meberikan jawaban yang tidak lazim
- Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
- Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci (elaboration)
- Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
- Memperinci detail-detail
- Memperluas suatu gagasan
Sintaks Hasil inovasi
Berikut sintaks hasil inovasi pada model pembelajaran CTL dan dampaknya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa:
No
|
Sintaks model CTL Konvensional
|
Sintaks CTL Hasil modifikasi
(Inovasi)
|
Indikator berpikir kreatif
|
Dampak Inovasi Sintaks terhadap Kemampuan berpikir
kreatif
|
1
|
KONSTRUKTIVISME
|
KONSTRUKTIVISME
|
· Siswa menjadi lebih bebas dan aktif mengeluarkan
pendapat yang mereka ketahui, akan lebih banyak ide/gagasan/pikiran/ingatan
yang tersampaikan, jadi siswa yang terpaku atau terbiasa mencari jawaban
pertanyaan diskusi dari guru dari buku saja namun siswa menjadi luwes dan
lancar dalam mengingat dan menggali informasi yang pernah mereka ketahui
berdasarkan dari kegiatan mereka sehari-hari yaitu scroll di sosial media
tentang suatu hal yang baru/viral, jadi mereka bisa mngetahui ternyata contoh
dari koloid tidak hanya ada di buku dan teks saja namun ada real dalam
keadaan sekarang bahkan viral
|
|
Mengkondisikan
siswa
|
Mengkondisikan
siswa untuk fokus dalam mengikuti kegiatan belajar yang akan dilakukan
|
|||
Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai
|
Menyampaikan
tujuan dan kompetensi yang akan dicapai
|
|||
Memberikan
motivasi
|
Memberikan
motivasi dalam pembelajaran berupa manfaat materi yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari yaitu materi koloid
|
|||
Menggali
pengetahuan prasyarat(pengetahuan awal) yang dimiliki siswa
|
Menggali pengetahuan awal siswa dan memberikan kesempatan untuk
menyampaikan pendapat mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi saat
ini berdasarkan contoh yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari
ataupun dari contoh terbaru media sosial yang sering mereka gunakan
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
|
||
2
|
PEMODELAN
(MODELLING)
|
PEMODELAN
(MODELLING)
|
· Mengarahkan siswa untuk berhitung dari 1 sampai 5
diulangi seterusnya dari bangku paling depan sampai bangku paling belakang
sehingga anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen dan tidak ada yang
merasa pilih kasih, jika undian siswa akan merasa aku beruntung dan kurang
beruntung dalam hal pencabutan/ pemilihan kertas, sedangkan dengan urutan
angka mereka tidak bisa menyesali tempat duduk pilihan mereka sendiri
· Mengarahkan siswa untuk menganalisis
video atau fenomena dikehidupan serta
menuliskan kaitannya dengan materi koloid dan mengajukan pertanyaan
Diharapkan
siswa dapat meningkatkan berpikir elaborasi, berpikir lancar dan berpikir
luwes
|
|
Mengarahkan
siswa untuk membentuk kelompok
|
Guru mengarahkan siswa untuk berhitung dari 1 sampai 5 diulangi
seterusnya dari bangku paling depan sampai bangku paling belakang sehingga
anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen dan tidak ada yang merasa
pilih kasih
|
|||
Menyajikan
media/video/fenomena dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi dan
selanjutnya mengajukan pertanyaan
|
Menyajikan
media/video/fenomena dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi koloid
dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
|
||
Mengarahkan siswa untuk menganalisis video atau
fenomena dikehidupan serta menuliskan kaitannya dengan materi koloid
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
|
|||
3
|
BERTANYA (QUESTIONING)
|
BERTANYA (QUESTIONING)
|
· Berpikir terperinci
|
· Mengarahkan siswa untuk menganalisis video/ fenomena
yang disajikan guru sebelumnya dan contoh koloid yang ada di medsos siswa
secara intens dalam bertanya dan dapat meningkatkan daya pikir dan nalar gagasan
siswa yang lebih baik dan lebih terarah
|
Membimbing
siswa melakukan tanya jawab/diskusi
|
Membimbing
siswa melakukan tanya jawab/diskusi bahkan observasi
|
|||
Mengarahkan siswa untuk menganalisis video/ fenomena yang disajikan guru
sebelumnya dan contoh koloid yang ada di medsos persamaan dan perbedaannya
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
Berpikir
orisinil
|
|||
4
|
MENEMUKAN
(INQUIRY)
|
MASYARAKAT
BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
Berpikir
orisinil
|
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari informasi pendukung dari berbagai sumber dan saling berbagi informasi
dalam kelompok
Diharapkan
siswa dapat berbagi berpikir orisinil yang didukung dengan lieratur yang
relevan serta mendetail
|
Membimbing
siswa untuk mencari tahu sendiri materi pembelajaran dari berbagai sumber
|
Mengarahkan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya
secara bersama-sama dan menghubungkan contoh-contoh dari medsos, video dan
fenomena dengan materi koloid dari berbagai sumber, buku dan internet
|
|||
5
|
MASYARAKAT
BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)
|
MENEMUKAN
(INQUIRY)
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
|
· Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan
masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi koloid dan
fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)
· Mengarahkan siswa untuk memberikan pemecahan masalah
yang baru/belum ada sebelumnya/memodifikasi tnetunya relevan dengan
materi koloid
|
Membantu
siswa mengatasi permasalahan yang diberikan
|
Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa
paling tepat yang berkaitan dengan materi koloid dan fenomena yang ditelaah
berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)
|
|||
Memberikan
kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
|
Mengarahkan siswa untuk memberikan pemecahan masalah yang baru/belum ada
sebelumnya/memodifikasi tentunya relevan dengan materi koloid
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
· Berpikir orisinil
|
6.
|
REFLEKSI (REFLECTION)
|
REFLEKSI (REFLECTION)
|
||
Memberikan
penguatan
|
Memberikan permasalahan yang berbeda atau berlawanan dari yang dibenarkan
dan disajikan dari awal pembelajran dan memberikan siswa kesempatan bernalar
dan memberikan pendapat
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
|
· Memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi
mendalam mengenai pemecahan masalah dan permasalahan baru yang bertolak
belakang dapat berpikir secara luwes atau dapat menghasilkan pendapat yang
relevan dengan masalah/materi, gagasan yang beragam, orisinil, dan mampu
mengubah arah pemikiran secara berbeda Diharapkan siswa dapat secara maksimal
memanfaatkan kemampuan berpikir yang dimiliki secara kreatif
|
|
Membimbing
siswa untuk membuat ringkasan
|
Memancing siswa untuk memunculkan poin poin yang saling berkaitan untuk
mengarahkan ke ringkasan materi koloid
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
|
||
7
|
PENILAIAN
YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)
|
PENILAIAN
YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)
|
Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada
saat diskusi
· Memberikan tes akhir berupa tes essay
Diharapkan
siswa yang tadinya tidak mengerti dan tidak memiliki gagasan kreatif dapat
terasah, agar dapat
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
· Berpikir orisinil
|
|
Membantu
siswa menyimpulkan
|
Membantu
siswa menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi, dan penemuan
|
|||
Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi
|
· Berpikir luwes
· Berpikir orisinil
|
|||
Memberikan
tes akhir
|
Memberikan tes akhir berupa tes essay sesuai dengan poin berpikir kreatif
yang telah dibentuk :
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
Berpikir orisinil
yang membutuhkan nalar dan ide
kreatif siswa dalam menjawab
|
· Berpikir luwes
· Berpikir lancar
· Berpikir terperinci
Berpikir
orisinil
|
Permasalahan:
1. Menurut anda, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kreatif?
2. Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kreatif bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?
3. Berikan saran dan pendapat Anda mengenai inovasi sintaks yang saya buat!
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMenjawab permasalahan kedua, menurut saya sintaks berfikir kreatif bisa dikatakan meningkat apabila dilakukan perbandingan dengan model tsb pada pertemuan berikutnya atau bisa juga dibandingkan dengan model lain. Kita bisa mengamatinya dengan lembar observasi apabila terdapat sikap berfikir kreatif maka terdapat beberapa aspek berpikir kreatif yang muncul lebih banyak dan baru dipertemuan berikutnya.Atau bisa juga dengan menggunakan soal, maka apabila jawaban dipertemuan berikutnya memiliki jawaban yang lebih kreatif dan tepat sasaran dalam artian pertanyaan terbuka siswa menjawab dengan berbagai contoh namun tepat sasaran atau sesuai dengan jawaban yang dimaksud maka bisa dikatakan berpikir kreatifnya meningkat.
ReplyDeletesaya sependapat dengan rifanny bahwa sintaks berfikir kreatif bisa dikatakan meningkat apabila dilakukan perbandingan dengan model tsb pada pertemuan berikutnya atau bisa juga dibandingkan dengan model lain. Kita bisa mengamatinya dengan lembar observasi apabila terdapat sikap berfikir kreatif maka terdapat beberapa aspek berpikir kreatif yang muncul lebih banyak dan baru dipertemuan berikutnya.
DeleteMenurut saya sebenarnya pada awal pertemuan kita bisa melihat kemampuan berpikir kreatif siswa saat kita benar-benar menerapkan sintaks CTL sehingga siswa dapat terlatih dan terbiasa dengan model CTL dari inovasi yang kakak buat. dan saya sependapat dengan fanny bahwa meningkat atau tidaknya kemampuan berpikir kreatif dari inovasi model CTL yang kk buat haruslah dibandingkan dengan pertemuan selanjutnya
ReplyDeletesependapat dengan rina bahwa pada awal pertemuan kita bisa melihat kemampuan berpikir kreatif siswa saat kita benar-benar menerapkan sintaks CTL sehingga siswa dapat terlatih dan terbiasa dengan model CTL dari inovasi yang dibuat. dan saya sependapat juga dengan fanny bahwa meningkat atau tidaknya kemampuan berpikir kreatif dari inovasi model CTL yang dibuat haruslah dibandingkan dengan pertemuan berikutnya
Deletemenurut saya proses dari sintaks ke sintaks tidak menjamin berpikir kreatif siswa, namun pada proses tertentu yang dapat menimbulkan berpikir kreatif siswa. seperti pada saat memberikan permasalahan dan menyuruh siswa untuk memecahkannya, kemudian inquiry, kemudian dengan guru bertanya.
ReplyDeletemenurut saya sintak yang kakak buat sudah baik, disini saran saya kk bisa membuat LKPD sebagai panduan penilaian tentang seberapa jauh anak dapat berpikir kreatif selama proses pembelajaran. sedangkan hasil pembelajaran saya setuju dengan menggunakan tes essay
ReplyDeletesaya akan menjawab pertanyaan melda, Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kreatif bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?
ReplyDeletemenurut saya, sintaks yang melda buat sudah cukup baik, namun untuk masalah memunculkan atau bahkan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa itu perlu diuji coba dan dibandingkan dengan sintaks CTL konvensional, pada tahapan CTL modifikasi yang melda buat bisa memunculkan kemapuan berpikir kreatif siswa, namun klo peningkatannya perlu dilakukan secara berulang untk materi selanjutnya dengan tingkat soal yang berbasis berpikir kreatif yang tingkat soalnya makin hari makin tinggi sehingga dapat dirasakan peningkatannya kemampuan berpikir kreatif dari tiap pertemmuannya
menurut saya sintak yang dibuat sudah baik, namun jika dinilai dari kemampuannya untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif, perlu dinilai dulu. dibandingkan dengan model lain. namun dari beberapa sintak saya ras sudah mampu meingkatkan kemampuan berfikir kreatif.
ReplyDeletemenurut saya inovasi yang dibuat sudah baik dan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif contohnya pada masyarakat belajar inovasi yang dibuat yaitu mengarahkan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya secara bersama-sama dan menghubungkan contoh-contoh dari medsos, video dan fenomena dengan materi koloid dari berbagai sumber, buku dan internet dengan indikatornya keempat dari indikator berpikir kreatif ini yaitu Berpikir luwes, Berpikir lancar, Berpikir terperinci
ReplyDeleteBerpikir orisinil. disini terlihat keseuaian antara indikator dan inovasi tersebut selainitu diperkuat pula dengan adanya alasan pendukung yang telah dibuat.
Menurut saya kemampuan berpikir kreatif bisa di tingkatkan dalam sintaks model CTL ini. Karena CTL sendiri adalah belajar kontekstual dan lebih berpusat kepada siswa sehingga siswa mengasah ilmunya secara mandiri dam kooperatif dengan teman temannya. Kemudian dalam. CTL ni siswa lebih luwes dalam mengeluarkan pendapat yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari
ReplyDeletemenurut saya tahapan CTL modifikasi yang kak melda buat bisa memunculkan kemapuan berpikir kreatif siswa, namun klo peningkatannya perlu dilakukan secara berulang untk materi selanjutnya dengan tingkat soal yang berbasis berpikir kreatif yang tingkat soalnya makin hari makin tinggi sehingga dapat dirasakan peningkatannya kemampuan berpikir kreatif dari tiap pertemmuannya
ReplyDeletesaya sependapat dengan saudari Rini yang mengatakan "tahapan CTL modifikasi yang kak melda buat bisa memunculkan kemapuan berpikir kreatif siswa, namun klo peningkatannya perlu dilakukan secara berulang untk materi selanjutnya dengan tingkat soal yang berbasis berpikir kreatif yang tingkat soalnya makin hari makin tinggi sehingga dapat dirasakan peningkatannya kemampuan berpikir kreatif dari tiap pertemmuannya".
ReplyDeletemenurut saya inovasi yang dibuat sudah baik dan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif.. namun jika kita ingin tahu bahwa inovasi ini mampu atau tidak meningkatkan berfikir kreatif, kita harus tahu dulu kemampuan awal siswa seperti apa. setelah kita berikan treatmen baru kita ukur lagi, apakah terjadi peningkatan atau tidak.
ReplyDelete