Wednesday, September 19, 2018

Materi 3 : LANDASAN AKSIOLOGIS KURIKULUM





  A.  Definisi Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain. Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia, dan mempelajari tingkah laku manusia baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan denganj nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada.

  B.  Permasalahan aksiologi
Permasalahan aksiologi meliputi sifat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, status metafisika nilai. Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat. Untuk kepentingan manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan  dipergunakan secara komunal dan universal.
Suatu pertanyaan :
·         Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral ?
·         Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
·         Bagaimana kaitan atau hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional
Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bagian dari makna pengkajian aksiologi terhadap hasil akhir pencapaian suatu telaah ilmu pengetahuan, dengan tujuan untuk memberikan hasil yang terbaik bagi manfaat yang dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.

  C.    Dasar Aksiologis Managemen Pendidikan
Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji danmenitegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam pribadi para pemimpin pendidikan (kepala sekolah), guru, staf dan anak didik. Sesuai dengan tujuannya, maka manfaat manajemen pendidikan; Pertama, terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Inovative, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); Kedua, terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga, terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan (tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan sebagai manajer); Keempat, tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; Kelima, terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer pendidikan atau konsultan manajemen pendidikan); Keenam, teratasinya masalah mutu pendidikan.(Husaini, 2006:8)

  D.  Landasan Aksiologi Ilmu Pengetahuan
Landasan aksiologi adalah hubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan yang meliputi nilai-nilai, atau parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu dalam konteks kawasan yang terkait dalam kehidupan yaitu kawasan sosial, kawasan fisik material, kawasan spiritual, dan kawasan simbolik yang masing-masing mempunyai kriteria yang berbeda. Lebih-lebih dari itu aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah normatif  bagi penerapan ilmu pengetahuan itu ke bidang praktis.
Aksiologi ilmu pengetahuan merupakan strategi untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi harus :
1) Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan kebenaran yang hakiki, maka perilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak berorientasi kepada kepentingan langsung.
2)Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, tidak mencampuri permasalahan kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik.
3) Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian alam lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-temuan universal.
Untuk membahas aksiologi ilmu pengetahuan lebih lanjut, disini akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pertama, kegunaan ilmu pengetahuan, kedua, cara ilmu pengetahuan menyelesaikan masalah dan ketiga, netralitas ilmu pengetahuan.
1.        Kegunaan ilmu pengetahuan
Dalam perjalanan sejarah hidup manusia, diakui atau tidak telah banyak manfaat dan kegunaan ilmu pengetahuan bagi manusia. Namun ada kritik yang harus mendapatkan perhatian dari semua pihak, karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan demi kesejahteraan umat manusia ternyata dimanfaatkan sebagai alat untuk merusak manusia itu sendiri dan lingkungannya. Seperti digunakannya bom dan senjata nuklir secara besar-besaran, peluru kendali antar benua dan lain sebagainya.  
Manfaat ilmu telah banyak dirasakan oleh manusia, diantaranya adalah :
a.    ilmu dengan segala tujuan dan artinya, sampai batas-batas tertentu telah banyak membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup dan kehidupannya, yaitu kehidupan yang lebih baik.
b.    Ilmu menghasilkan teknologi, yang memungkinkan manusia dapat bergerak atau bertindak dengan cermat, dan tepat, karena ilmu dan teknologi merupakan hasil kerja pengalaman, observasi, eksperiman dan verifikasi.
c.    Dengan ilmu dan teknologi, manusia dapat mengubah wajah dunia di mana manusia itu sendiri tinggal, mengubah cara manusia bekerja, cara manusia berpikir.
d.   Dengan ilmu dan teknologi, memungkinkan manusia untuk mengurangi rintangan-rintangan ruang dan waktu, seperti sistem komunikasi modern.
2.        Cara ilmu pengetahuan menyelesaikan masalah
Ilmu atau sains berisi tentang teori-teori yang dibuat untuk memudahkan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia selalu menemui masalah demi masalah, yang mana dalam menghadapi masalah itu manusia menggunakan teori-teori ilmu itu untuk menyelesaikan atau mengatasinya.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah secara sederhana adalah sebagai berikut :
a.       Mengidentifikasi masalah, dengan melakukan observasi di lapangan dan penelitian-penelitian.
b.      Mencari teori-teori terkait masalah yang telah diidentifikasi
Misalnya mencari teori tentang sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja, setelah ditemukan beberapa teori maka dipilih teori yang diperkirakan paling tepat untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja.
c.       Mencari teori yang menjelaskan tentang cara memperbaiki kenakalan remaja, setelah ditemukan cara-cara dilanjutkan dengan menyampaikan usulan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
3.        Netralitas  ilmu pengetahuan
Bagaimana sebaiknya ilmu pengetahuan itu digunakan? Apakah harus netral (bebas nilai) apa tidak netral (terikat nilai)? Untuk menjawab pertanyaan ini, akan disampaikan beberapa pendapat.   Menurut Mukti Ali, sains itu netral, seperti pisau, digunakan untuk apa saja itu terserah penggunanya. Pisau itu dapat digunakan untuk membunuh (salah satu perbuatan jahat) dan dapat juga digunakan untuk perbuatan lain yang baik. Begitulah teori-teori sains, ia dapat digunakan untuk kebaikan dan dapat pula untuk kejahatan. Kira-kira begitulah pengertian sains netral itu. Netral  biasanya diartikan sebagai tidak memihak. Yang dimaksud di sini adalah tidak memihak kepada kebaikan  dan tidak juga kejahatan.
Keuntungan jika sains netral adalah perkembangan sains akan cepat terjadi. Karena tidak ada yang menghambat atau menghalangi tatkala peneliti (1) memilih dan menetapkan objek yang hendak diteliti, (2) cara meneliti, (3) tatkala menggunakan produk penelitian. Orang yang menganggap sains tidak netral, akan dibatasi oleh nilai dalam (1) memilih objek penelitian, (2) cara meneliti, dan (3) menggunakan hasil penelitian.
Sebagaimana contoh tatkala peneliti akan meneliti cara kerja jantung, maka menurut orang yang menganut paham sains netral ia akan menggunakan manusia yang sesungguhnya sebagai objeknya, tapi bagi penganut sains tidak netral ia akan mengambil jantung hewan yang mempunyai kemiripan dengan jantung manusia. Karena percobaan kepada manusia secara langsung akan diartikan sebagai bentuk penyiksaan dan ini bertentangan dengan keyakinannya terhadap agama.
Menurut Ahmad Tafsir (2012), yang paling bijaksana adalah memihak paham bahwa sains tidak netral, karena sains itu bagian dari kehidupan dan kehidupan itu secara keseluruhan tidaklah netral. Disamping itu, sains tidak netral adalah paham yang sesuai dengan semua ajaran agama dan sesuai pula dengan niat ilmuwan dalam menciptakan teori sains. Jadi sebenarnya tidak ada jalan bagi penganut sains netral.

  E.  Landasan Aksiologis Pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 di kaji dengan Kajian Axiologi yaitu terletak pada manfaat yang akan dicapai bila kurikulum 2013 ini di luncurkan. Adapun manfaat dari pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut:
·         Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan;
·         Menggunakan kelompok kerja sama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah;
·         Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom);
·         Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap;
·         Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam format ramah otak;
·          Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari;
·         Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas;
·         Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.


Permasalahan :
Aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Bagaimanakah menurut anda mengenai filsafat aksiologi di kurikulum 2013 pada permasalahan etika dan estetika? Jika nilai etika bisa kita nilai dari nilai sikap/ afektif siswa, maka dimana letak nilai estetikanya?

15 comments:

  1. Menanggapi permasalahan pertama mengenai filsafat aksiologi di kurikulum 2013 pada etika dan estetika menurut saya terletak pada penanaman nilai karakter positif yang harus dimiliki peserta didik. Dimana etika itu sendiri membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral yang lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia, dan estetika mengenai nilai keindahan yang diartikan segala sesuatu dapat tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh sehingga bersifat selaras serta berpola baik dan juga mempunyai kepribadian. Dari pengertian inilah maka pada K-13 pada masalah etika dan estetika menekan pada penanaman karakter positif kepada siswa yang dapat dilakukan contohnya melalui proses pembelajaran PAIKEM.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas jawaban saudari syafira, cukup menarik contoh yang anda ambil dimana anda mengatakan bahwa pada masalah etika dan estetika menenkankan pada penanaman karakter positif kepada siswa yang dapat dilakukan seperti proses pembelajaran PAIKEM, artinya apakah menurut anda nilai etika dan estetika tidak dapat dipisahkan? lalu bagaiman kita bisa melihat adanya nilai etika dan estetika tersebut dari penjelasan yang anda berikan?

      Delete
  2. Estetika merupakan studi nilai dalam realitas keindahan. Nilai estetika biasanya sukar untuk dinilai, karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan sangat subjektif. Karya seni tertentu umpamanya akan memunculkan banyak respon dari orang yang berbeda. Siapa pun orangnya, jika ia meyakini bahwa ada nilai estetika yang objektif, tentulah ia dapat menentukan keputusan-keputusan yang mengarah pada seni yang baik dan diterima oleh banyak orang sebagai sebuah karya yang bernilai seni.
    Pendidikan dalam segala aktivitasnya selalu terkait dengan wilayah seni karena memang mendidik itu sendiri adalah pekerjaan seni. Bahkan tidaklah salah jika dikatakan bahwa hampir keseluruhan kualitas aktivitas pendidikan ditentukan oleh kualitas yang ditampilkan. Pendidikan yang mengikutkan estetika sebagai sesuatu yang penting dalam setiap gerak langkahnya, menjadikan aktivitasnya hidup dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan, sehingga subjek didiknya akan betah dalam menjalankan proses belajar, karena memang tidak tersentuh oleh watak keterpaksaan yang akan menyiksa dirinya. Tindakan edukasi apa pun yang dilakukan guru akan enak dipandang, suaranya enak didengar, bahasanya jelas dan mudah dipahami, tidak membosankan subjek didik mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan jika dalam keseluruhan entitasnya dibangun di atas nilai-nilai estetika. Ketika seorang guru mengadakan interaksi dengan subjek didiknya dengan menerapkan nilai estetika yang tinggi, baik dalam penampilan maupun dalam interaksi pembelajaran, tentu akan lebih disukai oleh subjek didiknya dari pada yang tampil seadanya.
    Kecuali itu, ketika aktivitas kependidikan dalam keseluruhan aspeknya bernilai estetis, tentu akan melahirkan suasana yang tidak menjenuhkan dan menegangkan yang akan memunculkan kecemasan-kecemasan yang tentu akan dapat mengganggu proses pembelajar itu sendiri. Pendeknya, estetika dan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan begitu saja tidak saja karena aktivitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat entitasnya yang memang juga akan membangun nilai-nilai estetis dalam diri subjek didik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih atas jawaban saudari tri, namun saya masih belum mendapatkan dimana poin nilai estetikanya yang dapat dilihat terhadap siswa pada pembelajaran kurikulum 2013 seperti pertanyaan saya, dimana contoh yang real dalam proses pembelajaran?

      Delete
    2. saya setuju dengan pendapat tri bahwa nilai estetika biasanya sukar untuk dinilai, karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan sangat subjektif. Karya seni tertentu umpamanya akan memunculkan banyak respon dari orang yang berbeda. Siapa pun orangnya, jika ia meyakini bahwa ada nilai estetika yang objektif, tentulah ia dapat menentukan keputusan-keputusan yang mengarah pada seni yang baik dan diterima oleh banyak orang sebagai sebuah karya yang bernilai seni.

      Delete
  3. Saya setuju dengan pendapat syafira, dikatakan bahwa dalam kurikulum 2013 etika bisa kita lihat dalam penerapannya untuk membangun sikap afektif yang baik pada diri siswa lalu saya setuju dengan pendapat tri yang mana estetika itu sukar untuk dinilai dan penilaiannya subjetif dan berbeda setiap masing-masing. Menurut saya estetika nya adalah ketika siswa bersikap sopan, produktif, kreatif dan inovasi lalu guru memberikan pujian. Itu sudah merupakan nilai estetika menurut saya. Namun itu belum tentu estetika bagi individu lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya setuju dengan pendapat fany dan fira, saya hanya ingin menambahkan bahwa menurut saya etika tidak hanya tercermin pada afektif tetapi juga psikomotor siswa

      Delete
    2. Saya setuju dengan teman teman dalam kurikulum 2013 etika bisa kita lihat dalam penerapannya untuk membangun sikap afektif yang baik pada diri siswa lalu saya setuju dengan pendapat tri yang mana estetika itu sukar untuk dinilai dan penilaiannya subjetif dan berbeda setiap masing-masing. Menurut saya estetika nya adalah ketika siswa bersikap sopan, produktif, kreatif dan inovasi lalu guru memberikan pujian. Itu sudah merupakan nilai estetika menurut saya.

      Delete
  4. pendapat saya mengenai filsafat aksiologi di kurikulum 2013 pada permasalahan etika dan estetika? yaitu makna nilai itu sendiri adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap “menyetujui” atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.
    untuk sebagai contoh mungkin landasan kurikulum 2013 seperti tidak melanggar seperti hak asasi, dan estetikanya menjunjung hak asasi dan mungkin masih banyak lagi contoh-contoh lainnya yang dilandasi oleh nilai etika dan estetika

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya setuju dengan kak esa, bahwa makna nilai itu sendiri adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar, atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap “menyetujui” atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.

      Delete
  5. adi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan/perilaku manusia. Cara memandang adalah dari sudut apakah itu baik dan tidak baik. Etika dikatakan pula sebagai penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban dan baik buruknya tingkah laku manusia. Etika juga bertugas memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Atas dasar hak apa orang menuntut kita untuk tunduk terhadap norma-norma yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan dan sebagainya? Bagaimana kita bisa menilai norma-norma tersebut?

    Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni. Secara sederhana diartikan estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimna seseorang bisa merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dinggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.

    Adapun yang mendasari hubungan antara estetika dan pendidikan adalah lebih menitikberatkan kepada “predikat” keindahan yang diberikan kepada hasil seni. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Randall dan Buchler mengemukakan ada tiga interpretasi tentang hakikat seni:

    1. Seni sebagai penembusan terhadap realitas selain pengalaman
    2. Seni sebagai alat kesenangan
    3. Seni sebagai ekspresi yang sebenarnya tentang pengalaman.

    Dengan demikian diharapkan di dalam dunia pendidikan, estetika akan mampu menciptakan dan membentuk kepribadian yang mampu bersikap kreatif dan bermoral sesuai dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dengan segala kepatutan keindahan dan seni.18 Dengan demikian tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang berkualitas akan terwujud dengan baik sesuai dengan konsep idealisme.

    ReplyDelete
  6. Estetika merupakan studi nilai dalam realitas keindahan. Nilai estetika biasanya sukar untuk dinilai, karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan sangat subjektif. kurikulum 2013 etika bisa kita lihat dalam penerapannya untuk membangun sikap afektif. Didalam kurikulum 2013, aspek afektif memang ditonjolkan. Aspek penilaian nya pun berbeda dengan yang lain. Etika untuk menumbuhkan kesantunan dalam berperilaku dan berinteraksi dan estetika untuk tampakkan atau ekspresikan keindahan. Jadi dalam kurikulum 2013 aspek afektif ditekankan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan dani bahwa Estetika merupakan studi nilai dalam realitas keindahan. Nilai estetika biasanya sukar untuk dinilai, karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan sangat subjektif. kurikulum 2013 etika bisa kita lihat dalam penerapannya untuk membangun sikap afektif. Didalam kurikulum 2013, aspek afektif memang ditonjolkan. Aspek penilaian nya pun berbeda dengan yang lain. Etika untuk menumbuhkan kesantunan dalam berperilaku dan berinteraksi dan estetika untuk tampakkan atau ekspresikan keindahan. namun bukan berarti aspek afektif yang sangat ditekankan pada K 13

      Delete

  7. menurut saya, nilai estetikanya dapat dilihat dari saat kita sedang menilai bagaimana prilaku siswa saat mengerjakan percobaan di laboratorium dan didalam kelas saat siswa melakukan kegiatan membuat tugas semenarik mungkin sehingga nilai estetikanya muncul dengan memasukkan unsur-unsur seni didalamnya

    ReplyDelete
  8. saya sependapat dengan saudari rifani yang mengatakan "Dalam kurikulum 2013 etika bisa kita lihat dalam penerapannya untuk membangun sikap afektif yang baik pada diri siswa. estetika itu sukar untuk dinilai dan penilaiannya subjetif dan berbeda setiap masing-masing. Menurut fany estetika nya adalah ketika siswa bersikap sopan, produktif, kreatif dan inovasi lalu guru memberikan pujian. Itu sudah merupakan nilai estetika menurut saya. Namun itu belum tentu estetika bagi individu lain". jadi sikap yang ditimbulkan oleh siswa bersifat positif dapat dinilai sebagai nilai estetika.

    ReplyDelete

Materi 14 : INOVASI SINTAK 5E DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Learning Cycle         Siklus belajar 5E  (learning cycle 5E)   adalah salah satu model konstruktivis lengkap dalam kasus pembelajaran b...